ALUR PENGOLAHAN SAMPAH DI TPS3R BUMDes MAJU BERSAMA DESA KLAMPOK

Berita

Banyak pengolahan sampah yang sudah berjalan disekitar kita baik berupa Bank Sampah atau pengumpulan sampah lainnya. Pada dasarnya semua bertujuan sama yakni untuk mengurangi polusi lingkungan yang diakibatkan pembuangan sampah yang sembarangan. Namun hakikatnya dalam pengolahan sampah adalah menyelesaikan sampah tersebut yang muaranya tentu dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir atau TPA.

Metode atau cara yang digunakan tentunya akan berpengaruh terhadap sampah yang dibuang ke TPA. Semakin kecil sampah yang dibuang ke TPA tentunya akan membantu menambah usia TPA tersebut yang tentunya akan mengurangi perluasan lahan yang dibutuhkan.

Bermacam teknologi menangani sampah sudah dicoba, untuk Pemerintah Desa Klampok melalui BUMDes Maju bersama menerapkan teknologi TPS3R yaitu Tempat Pengolahan Sampah Recycle, Reuse dan Reduce. Pada intinya teknologi TPS3R ini bersifat memanfaatkan (Recycle), menggunakan (Reuse) dan dan mengurangi (Reduce).

Sampah diambil dari rumah tangga oleh petugas pengambil sampah seminnggu 2 kali, ada juga yang 3 kali dan setiap hari (6 kali seminggu). Selanjutnya dibawa ke TPS3R dan dilakukan pemilahan kelompok Recycle (sampah yang bisa dimanfaatkan untuk daur ulang) seperti botol baik botol pastik maupun kaca, plastik, kertas, karton dan gardus.

Sisa pemilahan kelompok recycle kemudian dilanjutkan dengan proses penggilingan sampah organik menggunakan mesin pencacah. Sebelum masuk mesin pencacah dilakukan pemilahan tahap kedua dengan mengambil sampah non organik yang masih tersisa seperti plastik, kertas pebungkus, masker, seng, beling, tulang, potongan kayu dan lain sebagainya.. Semantara untuk plastik yang berfungsi sebagai pembungkus sisa makanan dibiarkan ikut tergiling di mesin pencacah, karena nanti akan memisah sendirinya.

Hasil gilingan berupa sampah organik yang tercacah atau yang biasa disebut dengan Bubur Sampah selanjutnya dimanfaatkan menjadi kompos. Mengingat bubur sampah bersifat basah, pekat dan bau, proses fermentasi bubur sampah ini akan membutuhkan waktu yang lama dan tempat yang luas. Untuk mengatasinya, di TPS3R BUMDes Maju Bersama Desa Klampok, bubur sampah hasil gilingan sebelum di fermentasi diurai terlebih dahulu dengan menggunakan magot. Penguraian bubur sampah oleh magot hanya membutuhkan waktu satu malam dalam setiap medianya (biopond). Setelah diurai magot, bubur sampah menjadi kering, tidak pekat dan tidak bau sehingga mempercepat proses fermentasi.

Selain berfungsi mengurai sampah, magot juga mempunyai nilai ekonomis sebagai bahan pakan ternak alternatif yang mengandung protein tinggi. Sisa penguraian atau biasa disebut Bekas Magot (Kasgot) bisa dimanfaatkan mejadi pupuk organik kualitas baik yang cocok untuk tanaman dan sayuran.

Sementara untuk sampah Recycle (yang bisa dimanfaatkan untuk daur ulang), TPS3R bekerja sama degan pengepul rongsok yang tentunya menjadikan profit. Dengan teknologi TPS3R ini  bisa mengurangi (Reduce) sampah yang dibuang ke TPA Winong. Sekedar informasi saja, dalam setiap harinya sampah yang diambil dari sekitar 500 rumah tangga bisa sampai 8 meter kubik dan sampah sisa pengoahan yang dibuang ke TPA tidak lebih dari 20%. Tentunya ini sangat membantu beban sampah di TPA Winong yang pada jangka panjang akan menambah umur TPA Winong dan mengurangi pembebasan lahan untuk TPA. Masyarakat juga bisa menikmati lingkungan yang bersih, sehat dan rapi.

Sudah saatnya semua elemen dan stokholder persampahan untuk bekerjasama mengambangkan pengolahan sampah sebagaimana yang dilakukan oleh TPS3R BUMDes Maju Bersama Desa Klampok, walaaupun secara mandiri. @z 092021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan