EBEG, “SENI ASLI BANYUMASAN” MENOLAK PUNAH DI KLAMPOK

Berita

Kemeriahan di Lapangan Kridho Utomo selepas acara karnaval belum usai. Sebagian peserta dan penonton masih memadati sisi selatan lapangan menyaksikan pertunjukan Kuda Kepang (Ebeg) yang menampilkan Group Kuda Kepang Putra Sido Muncul dari RT 03 RW 02 Dusun Purwasari Klampok pimpinan Ali Isrofi.

Sesuai tag line peringatan HUT RI Ke-78 Desa Klampok Guyub Gumregah Ambangun Tlatah, Pemerintah Desa Klampok menampilkan putra-putri terbaiknya dalam berbagai kreatifitas, salah satunya seni kuda kepang atau dikenal Ebeg. Ebeg  adalah kesenian khas Jawa Tengah yang dapat ditemukan di Eks-Keresidenan Banyumas, meliputi Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, namun sangat jarang orang yang tahu sejarahnya.

Kesenian Ebeg dibawakan oleh delapan sampai dua belas penari yang membawa boneka kuda dari anyaman bambu, menggambarkan prajurit perang penunggang kuda yang gagah berani, serta diiringi musik dan lagu-lagu Banyumas yang dibawakan oleh pemain musik gamelan atau nayaga dan sinden. Selain itu, ada satu atau dua penari Ebeg yang memakai topeng kayu yang disebut cepet, barongan yaitu semacam barongsai yang kepalanya terbuat dari kayu dan bagian badannya dari kain hitam. Dimainkan oleh dua orang, serta penimbul yang bertugas memanggil dan mengeluarkan kembali roh dari penari yang kesurupan.

Dilansir dari kanal YouTube Wihans Indonesia, kesenian tari Ebeg yang juga dikenal dengan kuda kepang atau kuda lumping ini sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu di Indonesia, dan merupakan kesenian asli dari Daerah Banyumas. Hal ini terbukti dengan lagu-lagu yang mengiringi seluruhnya dalam Bahasa Jawa Banyumas atau Bahasa ngapak.

Kesenian Ebeg lahir pada masa kekuasaan Raja Sri Aji Wurawari, Penguasa Lwaram, kerajaan kecil yang berada di daerah Banyumas yang juga masih merupakan bawahan Kerajaan Mataram Kuno. Tarian Ebeg muncul pertama kali pada Tahun 1010 Masehi sebagai bentuk perayaan kemenangan penyerangan Pralaya Medang. Yaitu penyerangan kerajaan Lwaram yang bersekutu dengan Kerajaan Sriwijaya terhadap Mataram Kuno pada Tahun 991-992 M yang pada saat itu dipimpin oleh Raja Dharmawangsa.

Beberapa tahun kemudian, menantu Raja Dharmawangsa yaitu Airlangga membalas penyerangan yang pernah dilakukan Raja Wurawari dan menewaskan penguasa Lwaram tersebut. Setelah meninggalnya Raja Wurawari, kesenian tari ini masih terus ada dan pada saat itu mulai melibatkan makhluk dari dimensi lain yang biasa disebut indang atau pamong, atau pengasuh. Sehingga penari Ebeg menari dalam kondisi kesurupan yang dalam Bahasa Jawa Banyumasan disebut wuru atau mendem. Makna dari sesi kesurupan dalam kesenian ebeg yaitu memanggil roh Raja Wurawari dan para prajurit yang gugur dalam peperangan serta untuk mengenang kejayaan dan kemenangan Raja Wurawari ketika mengalahkan Raja Dharmawangsa.

Hingga saat ini Ebeg menjadi hiburan dalam acara syukuran, hajatan, peringatan tahun baru dan lain sebagainya yang masih eksis dan digemari oleh kalangan muda sampai lanjut usia. Beberapa group kesenian kerap tampil memenuhi undangan diantaranya Group Kuda Lumping Putra Sido Muncul pimpinan Ali Isrofi dari Desa Klampok.

Ditemui dilokasi acra Kepala Desa Klampok, Agus Supriyono, mengungkapkan, dengan adanya karnaval, pentas ebeg dan wayang kulit yang digelar hari ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas semua kalangan di Desa Klampok dan menunjukkan semangat dalam memeriahkan HUT ke 78 Republik Indonesia.

“Selain karnaval juga ada pentas seni kuda lumping, pagelaran wayang kulit malam harinya, dan sebelumnya telah dilaksanakan turnamen sepakbola antar dusun yang ada di Desa Klampok, kegiatan ini terlaksana berkat kekompakan warga masyarakat Desa Klampok yang dengan ikhlas menyumbangkan dana melalui pembelian kupon doorprize, dan para donatur dan sponsor yang turut sengkuyung mensukseskan rangkaian acara peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia di Desa Klampok,” ungkap Kepala Desa Klampok Agus Supriyono.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan